Ads 468x60px

Jumat, Februari 06, 2009

Kota yang sakit

Saat ini perkembangan kota-kota besar di Indonesia (tiap ibukota provinsi) menuju ke arah tahap perkembangan yang sakit. dapat dikatakan demikian karena suatu kota yang pada awalnya dibangun untuk mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan oleh penghuninya, lambat laun malah membentuk karakter dari tiap penghuninya.

pada awal berdirinya karakter kota ditentukan dan direncanakan oleh para perencana kota, namun akibat kurangnya kontrol terhadap visi dasar dalam pembangunan kota, jauh setelah kota berkembang malah sebaliknya kota yang membentuk karakter para penghuni yang tinggal di dalamnya:).

Misalnya, jika pada awalnya kota dibangun dengan karakter utama perdagangan, maka jauh setelah karakter utama ini berkembang namun tidak terdapat kontrol yang sesuai terhadap aktivitas yang berjalan, maka timbul gejala-gejala anti sosial, aktivitas perdagangan di kota yang keras tersebut menyebabkan praktek perdagangan gelap, premanisme, pemerasan, kriminalitas ala mafia dan sebagainya menjadikan generasi berikutnya yang tumbuh di kota tersebut menjadi generasi yang berwatak licik, suka mengambil kesempatan dalam kesempitan sesamanya untuk keuntungan sebesar-besarnya.

itu hanya merupakan satu contoh kecil, dan contoh pada karakter utama kota tadi (aktivitas perdagangan,red), berlaku pula untuk kota-kota lainnya dengan jenis karakter aktivitas utama yang berbeda, seperti pariwisata, jasa, tambang, dan lain sebagainya.

tak peduli seberapa bagusnya rencana yang dibuat oleh para perencana kota jika tidak adanya kesadaran dari tiap penghuni kota dalam mengendalikan laju perkembangan kota sesuai dengan visi yang dibawanya maka lambat laun secara tidak sadar kota tersebut akan membentuk perilaku dan watak penghuninya.

contoh kecil lainnya, perkembangan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun di kota menjadi kota terlihat sebagai "hutan beton", tidak ada kita jumpai hutan kota, ruang terbuka hijau baik di pinggir jalan, di sempadan sungai dan lain sebagainya, secara akumulatif suhu kota menjadi panas akibat sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi menjadi terpantul kembali ke atas dan membentuk "pulau panas / heat island" di atas kota. para penghuni kota merasakan panasnya, penduduk kota yang menggunakan angkutan kota pasti pernah merasakan bagaimana panasnya menunggu di dalam angkot sampai angkot penuh dengan penumpang:).

di tempat lain, kota yang dibangun dengan karakter utama sebagai kota pariwisata jika tak konsisten terhadap akar budaya nya hanya akan menghasilkan pariwisata yang berbau mesum, pada akhirnya generasi yang tumbuh berkembang di dalamnya terbentuk oleh karakter tersebut.

intinya perlu ada KESADARAN di tiap saat dan diwariskan ke generasi berikutnya tentang visi kota yang sebenarnya. lagi pula inti dari pembangunan adalah untuk mensejahterakan manusia di dalamnya bukan untuk menghancurkannya. dan ketika tiap stakeholderyang ada sudah memiliki kesadaran yang selaras maka langkah penting selanjutnya diperlukan action :) jangan hanya sadar namun tak dapat berbuat apa-apa.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hutan Beton

Ada yang aneh di negeriku
Negeri tempat lahirku
Negeri indah bak surgawi tempat para bidadari
Indonesia yang kucintai

Telah banyak yang berubah dari negeri ini
Tak seperti saat aku masih bayi
Hutan, gunung, sungai masih berfungsi
Kini, sudah tak ada lagi
Berganti dengan bangunan-bangunan tinggi
Menampakkan keserakahan manusia akan duniawi
Dan tak perduli dengan hati nurani
Bila nafsu telah menguasai

Wahai anak negeri...
Jangan kau lanjutkan lagi
Mengeksploitasi alam negeri ini
Karena ia karunia Illahi ingin dicintai bukan disakiti

BenIng

Posting Komentar