Ads 468x60px

Selasa, September 30, 2008

Pendahuluan
________________________________________

Identifikasi masalah adalah tahapan pertama yang biasa dilakukan didalam proses perencanaan dan pembangunan kota.
Untuk mengidentifikasikan dan menstrukturkan masalah, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui definisi masalah itu sendiri.
Pemahaman terhadap pengertian masalah akan mencegah seseorang untuk tidak terjebak pada identifikasi isyu atau gosip.
Disamping pengertian masalah, seseorang juga harus mengetahui jenis-jenis (tipologi) masalah, sehingga pengkajian masalah akan lebih terfokus.


Pengertian Masalah
Secara Umum
________________________________________

Kata masalah atau 'problem', secara konvensional atau dalam konteks pengertian umum dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang membutuhkan masukan informasi, dikusi, pengkajian dan bahkan penyelesaian, atau seperti yang dijelaskan oleh Schumacher and McMillan (1993, 73), sebagai berikut:

In the conventional sense, a problem is a set conditions needing discussion, a desicion, asolution, or information.


Pengertian Masalah
Dari Sisi Penelitian Ilmiah
________________________________________

Sedangkan pengertian kata 'masalah' atau 'problem' jika ditinjau dari sisi yang bersifat teknis pada suatu proses tertentu, khususnya proses penelitian, maka dapat diartikan sebagai berikut:
– A problem is an intellectual stimulus calling for an answer in the form of scientific inquiry (Nachimias and Nachimias, 1987, 55),
– A research problem implies the possbility of empirical investigation-that is, of data collections and analysis (Schumacher and McMillan, 1993, 73).


Manfaat Masalah
________________________________________

Masalah menyebabkan manusia tertantang untuk mencari dan menggali kondisi yang lebih baik.
Masalah menyebabkan manusia lebih dapat berpikir pintar, kreatif dan inovatif.
Mengetahui masalah dengan benar dan tepat pada dasarnya merupakan separuh dari penyelsaian masalah itu sendiri.
Menghadapi masalah menyebabkan manusia merasa hidup lebih bernilai, karena hidup itu sendiri bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah.



Karakteristik Masalah
________________________________________

Kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi yang menyebabkan terjadinya kerugian tertentu.
Kondisi yang membutuhkan penyelesaian.
Kondisi yang membutuhkan informasi atau diskusi lebih lanjut.


Karakteristik Informasi Mengandung Masalah
________________________________________

Menyebabkan seseorang tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut.
Menyebabkan seseorang tertarik untuk mendiskusikannya dengan orang lain.
Menyebabkan seseorang tertarik untuk meneliti informasi tersebut.
Menyebabkan seseorang tertarik untuk menyelesaikannya.


Masalah
Perencanaan Pembangunan Kota
________________________________________

Masalah pembangunan kota adalah kondisi yang membutuhkan penjelasan, diskusi dan bahkan penyelesaian, dengan menggunakan konsep, teori dan metoda pembangunan kota pada khususnya dan perencanaan wilayah dan kota pada umumnya.


Tipologi Masalah dalam Perencanaan Wilayah dan Kota
________________________________________

Isyu Pembangunan, merupakan masalah-masalah di dalam perencanaan wilayah dan kota yang terkait dengan ruang lingkup substansi yang ditangani di dalam perencanaan wilayah dan kota. Dengan kata lain, masalah-masalah ini merupakan tema-tema yang membutuhkan konsep, teori, metoda dan proses perencanaan untuk mengkajinya.
Masalah proses perencanaan, adalah masalah-masalah yang terdapat didalam proses perencanaan wilayah dan kota, sebagai suatu ‘terapan' yang digunakan untuk mengkaji berbagai isyu pembangunan diatas.


1. Isyu Pembangunan
________________________________________

Masalah ini merupakan tema-tema yang perlu dikaji, yang diangkat dari tugas-tugas dari kehidupan nyata (real-life) keseharian yang dihadapi oleh para perencana wilayah dan kota.
Contoh:
– Masalah kesenjangan pertumbuhan wilayah (regional disparities).
– Masalah permukiman kumuh (slum areas).
– Masalah konservasi kota (urban conservation).
– Dan sebagainya.


2. Masalah Proses Perencanaan
________________________________________

Masalah-masalah di dalam proses perencanaan merupakan masalah-masalah yang menarik bagi mereka yang ingin memperdalam berbagai hal tentang konsep, teori, metoda, teknik dan bahkan formulasi yang digunakan di dalam proses perencanaan.
Contoh:
– Masalah analisis peramalan jumlah penduduk.
– Masalah analisis penentuan target pertumbuhan ekonomi.
– Masalah pengumpulan data di lapangan.
– Masalah analisis penentuan keputusan.
– Masalah analisis penentuan prioritas sektor pembangunan.


Kesimpulan
________________________________________

Masalah PWK adalah kondisi yang membutuhkan penjelasan, diskusi dan bahkan penyelesaian, dengan menggunakan konsep, teori dan metoda perencanaan wilayah dan kota.
Masalah PWK terdiri dari isyu pembangunan dan masalah proses perencanaan.


Daftar Pustaka
________________________________________

Babbie, Earl. 1983. The Practice of Social Research. Wadsworth Publishing Company, California.
Nachmias, David and Nachmias, Chava. 1987. Research Methods in The Social Sciences. St. Martin's Press, New York.
Schumacher, Sally and McMillan, James H. 1993. Research in Education: A Conceptual Approach. Harper Collins College Publishers, New York.
Pendahuluan
________________________________________

Identifikasi masalah adalah tahapan pertama yang biasa dilakukan didalam proses perencanaan.
Identifikasi masalah dengan jelas akan memudahkan didalam proses pengkajian selanjutnya dan bahkan memudahkan untuk penyelesaiannya.
Untuk mengidentifikasikan masalah, seseorang harus mengetahui struktur dan informasi yang diperolehnya.
Untuk mengetahui suatu informasi mengandung masalah atau tidak, dapat mempergunakan Metoda Scanning.

Tujuan Identifikasi Masalah
________________________________________

Tujuan kajian identifikasi terhadap suatu informasi mengandung masalah atau tidak adalah untuk 'memisahkan' informasi-informasi yang mengandung suatu masalah dari keseluruhan informasi yang di dapatkan.
Dengan 'pemisahan' tersebut, diharapkan masalah-masalah yang terdapat di dalam informasi tersebut dapat diketahui secara lebih jelas.

Pendekatan Masalah Dengan Metoda Scanning
________________________________________

Pada dasarnya, untuk mengetahui bahwa suatu informasi mengadung masalah atau tidak, dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk, isi dan struktur dari informasi tersebut.
Disamping itu, untuk melakukan kajian tersebut, karakteristik masalah itu sendiri harus dikuasai terlebih dahulu. Berbagai karakteristik masalah telah diberikan pada pertemuan terdahulu.

Review : Karakteristik Masalah
________________________________________

Kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi yang menyebabkan terjadinya kerugian tertentu.
Kondisi yang membutuhkan penyelesaian.
Kondisi yang membutuhkan informasi atau diskusi lebih lanjut.

Prinsip Dasar Metoda Scanning
________________________________________

Metoda Scanning bersifat 'scanning', atau 'mengkaji dengan cepat' terhadap bentuk, isi dan struktur dari kata atau kalimat informasi yang diterima.
Oleh karena itu, setelah informasi yang mengandung masalah ini didapatkan melalui metoda ini, segera harus dilakukan pengujian-pengujian, baik pengujian secara teoritis maupun praktis, untuk lebih memastikan adanya masalah-masalah tersebut.






Metoda Scanning
________________________________________

Kajian Terhadap Bentuk Kalimat dan Jenis Kata.
– Bentuk kata atau kalimat tanya.
– Penggunaan kata diluar normal.
Kajian Terhadap Isi Informasi.
– Informasi Dampak Yang Ditimbulkan.
– Perbandingan Terhadap Standar-standar Normatif.
– Perbandingan Terhadap Teori-teori Perencanaan.
– Perbandingan Terhadap Aspek-aspek Proses Yang Harus Dilakukan.


Kajian Bentuk Kata/ Kalimat:
1. Kalimat Tanya
________________________________________

Informasi mengandung masalah, dapat disampaikan dalam bentuk kalimat tanya, karena kalimat tanya membutuhkan penjelasan/ jawaban.
Berbagai jenis kata tanya dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa informasi tersebut mengandung suatu masalah, misalnya: bagaimana, apakah (how); mengapa (why); kapan (when); siapa (who); dimana (where); dan sebagainya.
Beberapa contoh penggunaan jenis kata tanya tersebut:
– Mengapa terjadi kesenjangan pertumbuhan antara wilayah X dengan wilayah Y?
– Berapa pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dicapai oleh Indonesia pada kondisi saatini?
– Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan ini?
– Bagaimana caranya meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pembangunan?


Kajian Bentuk Kata/ Kalimat:
2. Kata/ Kalimat Abnormal
________________________________________

Informasi mengandung masalah dapat dideteksi dengan memperhatikan penggunaan kata-kata khusus yang menunjukkan kondisi ‘abnormal’, atau kecenderungan bernuansa ‘pesimistis’ atau bahkan 'over-optimis'.
Berbagai jenis kata yang menunjukkan infromasi ‘abnormal’, misalnya: kurang; sangat; terbatas; sedikit; terlalu; merosot; menurun; berlebihan; dan sebagainya.
Contoh:
– Pemerataan pertumbuhan ekonomi antara kota dan desa tampaknya tidak akan dapat tercapai.
– Kurangnya potensi yang ada di wilayah X, menyebabkan wilayah tersebut kurang diminati oleh para investor.
– Banyak sekali investor yang ingin menanamkan modalnya di kawasan industri yang letaknya sangat strategis tersebut.
– Pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot tajam, pada tahun 1997?
Kajian Isi Informasi:
1. Dampak Yang Ditimbulkan
________________________________________

Informasi mengandung masalah dapat dideteksi dari penjelasannya terhadap dampak sesuatu, khususnya dampak yang bersifat negatif yang menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak diinginkan.
Berbagai jenis kata yang menunjukkan informasi adanya dampak ini adalah: menyebabkan; mengakibatkan; menghasilkan; mengeluarkan; menimbulkan; dan sebagainya.
Contoh:
– Kesenjangan pertumbuhan antar kota dan desa telah menyebabkan terjadinya urbanisasi besar-besaran, sehingga mengakibatkan wilayah perdesaan mengalami kekurangan tenaga kerja.
– Pengembangan berbagai sarana dan prasarana di suatu wilayah telah mengakibatkan banyaknya investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah tersebut.


Kajian Isi Informasi:
2. Perbandingan Normatif
________________________________________

Informasi mengandung masalah dapat dideteksi dengan melakukan perbandingan terhadap standar-standar normatif perencanaan, seperti aturan pelaksanaan, surat keputusan, peraturan pemerintah, undang-undang, dan sebagainya.
Dengan informasi penyimpangan atau ketidakcocokan dengannya, merupakan petunjuk yang adanya masalah di dalam informasi. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan sebagai petunjuk adalah: meyimpang; melanggar tidak cocok; berbeda; kurang dari; lebih dari; tidak sesuai; melenceng; tidak tepat; dan sebagainya.
Contoh:
– Jumlah sarana sekolah dasar yang berjumlah 2 buah di kawasan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan penduduk setempat.
– Perletakkan pabrik di kawasan ini melanggar Peraturan Daerah No. X tahun Y tentang Tata Ruang Kawasan.
– Pembongkaran bangunan kuno dan bersejarah tersebut menyimpang dari Surat Keputusan Walikota tentang Konservasi Bangunan Kuno dan Bersejarah.


Kajian Isi Informasi:
3. Perbandingan Teori Perencanaan
________________________________________

Informasi mengandung masalah dapat dideteksi dengan melakukan perbandingan dengan berbagai teori, konsep, metoda, formulasi, rumus-rumus, paradigma ilmu perencanaan. Untuk melakukan metoda pengkajian ini, tentu saja, dibutuhkan penguasaan atas ilmu perencanaan itu sendiri.
Dengan informasi penyimpangan atau ketidakcocokan dengannya, merupakan petunjuk yang adanya masalah di dalam informasi. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan sebagai petunjuk adalah: meyimpang; melanggar tidak cocok; berbeda; kurang dari; lebih dari; tidak sesuai; melenceng; tidak tepat; dan sebagainya.
Contoh:
– Pembangunan rumah susun murah di pusat perdagangan di pusat kota tersebut tidak sesuai dengan konsep-konsep teori lokasi.
– Penyelesaian permasalahan perumahan kumuh yang bersifat pragmatis dan praktis, yang tidak berhasil tersebut tidak sesuai dengan konsep-konsep perencanaan yang komprehensif.


Kajian Isi Informasi:
4. Perbandingan Proses Perencanaan
________________________________________

Informasi mengandung masalah dapat dideteksi dengan melakukan perbandingan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan proses yang seharusnya dilalui atau dilaksanakan, seperti terhadap tujuan, tahapan, pelaksana, waktu pelaksanaan dan sebagainya.
Dengan informasi penyimpangan atau ketidakcocokan dengannya, merupakan petunjuk yang adanya masalah di dalam informasi. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan sebagai petunjuk adalah: meyimpang; melanggar tidak cocok; berbeda; kurang dari; lebih dari; tidak sesuai; melenceng; tidak tepat; dan sebagainya.
Beberapa aspek proses yang dapat diamati adalah:
– Tujuan
– Tahapan Proses
– Aktor Pelaksana
– Jadwal Pelaksanaan
– Struktur Biaya Pelaksanaan
– Biaya Pelaksanaan


Kesimpulan
________________________________________

Metoda Scanning yang bersifat 'scanning', atau 'mengkaji dengan cepat' dapat digunakan untuk mengetahui dengan segera apakah suatu informasi dari data sekunder mengandung masalah atau tidak.
Suatu informasi mengandung masalah atau tidak dapat diketahui melalui bentuk, isi dan struktur kalimatnya.
Daftar Pustaka
________________________________________

Babbie, Earl. 1983. The Practice of Social Research. Wadsworth Publishing Company, California.
Nachmias, David and Nachmias, Chava. 1987. Research Methods in The Social Sciences. St. Martin's Press, New York.
Schumacher, Sally and McMillan, James H. 1993. Research in Education: A Conceptual Approach. Harper Collins College Publishers, New York.
PERENCANAAN WILAYAH
KONSEP-KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
________________________________________

Konsep Pengembangan wilayah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 1) konsep pengembangan dari atas (development from above), konsep pengembangan dari bawah (development from below), dan konsep pengembangan ekonomi lokal (local economic development). Pengembangan dari atas memandang pengembangan wilayah berasal dari inti atau pusat pertummbuhan dan mengucur (trickling down) ke periferi atau daerah belakang (hinterlands). Dikenal dengan pendekatan integrasinya. Sedangkan pengembangan dari bawah dikenal dengan pendekatan disintegrasinya. Munculnya teori pengembangan ekonomi lokal (local economy theory) sebenarnya merupakan jalan tengah dari konsep pengembangan wilayah sebelumnya.


Konsep Pengembangan Wilayah Dari Atas
________________________________________

Pengembangan dari atas bersumber pada teori ekonomi neoklasik (neoclassical economy theory) dan manifestasi keruangannya adalah konsep pusat pertumbuhan (growth center concept). Sampai saat ini, strategi pengembangan digerakkan oleh permintaan dari luar (external demand) dan inovasi (innovation impulses), dan juga dari sebagian kecil dinamika sektoral (a few dynamic sectoral) atau kelompok-kelompok geografi (geographical clusters) sifatnya akan cenderung perkotaan dan industri, padat modal dan didominasi oleh teknologi tinggi dan pendekatan proyek skala besar.

Paradigma pengembangan dari atas (development from above) bersumber dari perdebatan terhadap pertumbuhan seimbang (balanced growth) dengan pertumbuhan tidak seimbang (unbalanced growth) yang terjadi pada tahun 1950. paradigma ini memperlihatkan bahwa kemiskinan di negara-negara berkembang dan kurang berkembang disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja yang merupakan fungsi ketidakmampuan suplai modal fisik.

Fleming (1950) memberikan contoh dengan menyalahkan teori yang lebih memperhatikan pada masalah sisi permintaan. Tidak memadainya suplai faktor produksi di negara-negara berkembang khususnya modal dan keahlian tenaga kerja membuat berbagai jenis industri dan proyek investasi secara serempak tidak layak untuk dikembangkan karena meningkatnya biaya produksi dengan tajam dari semua industri-industri, sepertinya mereka berlomba untuk suplai faktor yang terbatas (Hansen, 1981). Enke (1963) memperlihatkan bahwa pendekatan pertumbuhan seimbang menyatakan secara tidak langsung ekonomi tertutup, tetapi suatu negara dengan cepat akan mendapatkan konsumsi seimbang tanpa produksi yang seimbang, jika hal itu dapat membuat atau menumbuhkan suatu manfaat dari keinginan dunia internasional, di mana barang-barang impor tidak mampu untuk diproduksi.

Selain itu, setiap pelaksanaan usul mendorong besar (big push) yang berarti sektor publik berskala besar, akan terjadi jika pemerintah mensubsidi perusahaan-perusahaan swasta, sebagai pengganti pekerjaan publik (Hansen, 1981). Akhirnya Singer (1949) menjelaskan bahwa pertumbuhan seimbang melalui tesis big-push akan mengurangi kepercayaan karena sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan merupakan pekerjaan yang besar bahwa negara yang mengaturnya dalam kenyataannya tidak akan berkembang.



Paradigma perkembangan dari atas mendominasi literature pusat pertumbuhan dalam dua dekade lalu yang secara langsung memberikan kontribusi yang memungkinkannya berkembang di masa yang akan datang.

Konsep pertumbuhan tidak seimbang (unbalanced growth) diusulkan oleh beberapa ahli seperti Hirschman, Myrdal dan Perroux. Hirschman menyatakan bahwa pertumbuhan tidak seimbang merupakan trasformasi seperti Cinderella (Cinderella like). Sektor kunci akan ditentukan dengan mengukur pengaruh keterkaitan ke belakang (backward-linkage) dan keterkaitan ke depan (forward-linkage) dalam memaksimumkan input-output.

Myrdal (1957) menerbitkan teori “circular causation”

Myrdal menyatakan bahwa model circular causation yang sederhana mempengaruhi komulatif lebih konsisten dengan proses sosial dan ekonomi yang nyata dari pada berbagai jenis analisa teori keseimbangan ekonomi statis. Myrdal menemukan bahwa apapun alasan untuk ekspansi

Myrdal menganalisis lebih lanjut konsep “backwash” dan “spread effect” yang dapat diindentikan dengan konsep “polarization” dan “trickling down effect”. Backwash effect meliputi pekerjan-pekerjaan migrasi penduduk, perdagangan dan pergerakan modal.

Spread effect yang menjawab backwash effect, merupakan peningkatan keluaran untuk produksi pertanian dan bahan baku dari daerah belakang dan cenderung pada kemajuan teknis yang menyebar dari pusat pertumbuhan.

Perroux menekankan pentingnya inovasi pengusaha dalam proses pengembangan, yang mulai berturut-turut oleh sektor-sektor yang dinamis, atau kutub (Hansen, 1981). Elemen kunci yang lain dari teori pengembangan Perroux adalah konsep kekuasaan (concept of dominance) yang terdiri dari sesuatu yang tidak dapat dirubah (irreversible) atau hanya sebagian yang dapat dirubah yang dipengaruhi oleh satu unit ekonomi karena dimensinya, kekuatan negosasi, sifat-sifat kegiatan, atau karena zona kegiatan yang dominan.

Perroux menyatakan bahwa analisis pertumbuhan dari total produksi akan dipusatkan pada proses dimana berbagai kegiatan akan muncul.

Friedmann (1966) memformulasikan model pengembangan “center-periferi” secara sistematik dan komprehensif.

Rodwin (1963) mengusulkan strategi desentralisasi terpusat (concentrated decentralization) untuk mengembangkan keterlambatan ekonomi di wilayah periferi.

Friedmann (1972) menunjukan bahwa peengembangan dari potensi kreatif dalam masyarakat dari serangkaian trasformasi yang melalui prosese diskontinyu, komulatif dan proses inovasi.

barang modal dan jasa untuk memodernisasi sistem subsisten bergerak dari pusat ke kota ke dalam daerah perdesaan (rondinelli, 1983)




Enam pokok pengaruh umpan balik dari
pertumbuhan wilayah inti, yaitu:
• Pengaruh kekuasaan, atau melemahkan periferi yang disebabkan oleh transfer sumber daya ke wilayah inti.
• Pengaruh imformasi, atau meningkatkan interaksi dan inovasi di wilayah inti.
• Pengaruh psikologi, atau laju inaovasi yang lebih tinggi disebabkan oleh semakin besarnya visibilitas, semakin tingginya harapan, dan rendahnya risiko.
• Pengaruh modernisasi, atau perubahan sosial dan kelembagaan yang menyukai inovasi.
• Pengaruh keterkaitan, atau kecenderungan inovasi yang menyebabkan inovasi lainnya.
• Pengaruh inovasi, akan meningkatkan skala dan aglomerasi ekonomi

Sabtu, September 27, 2008

Manajemen Perkotaan dan Wilayah
________________________________________

Perencanaan dan Manajemen Kota
Perencanaan dan manajemen kota di awali oleh pembangunan kota di negara-negara berkembang kurang impresif disebabkan:
• Pengendali pembangunan masih tradisional dalam bentuk rencana induk (land use planning)
• Pendekatan teknokratik, dengan proses perencanaan rasional
• Model ‘cetak biru’ memberi sedikit perhatian terhadap kebutuhan sumberdaya dan rencana implementasinya

Akibatnya, meskipun rencana kota sudah dipunyai tetapi pembangunan atau perkembangan kota tidak sesuai dengan yang tertuang dalam rencana.


Perlunya Manajemen Pembangunan
Dari deskripsi awal di atas terlihat bahwa rencana (tata ruang) kota lebih banyak mengurusi aspek fisik (lahan) ketimbang aspek lain (alokasi sumber daya, proses pengambilan keputusan), kemudian Pemerintah Daerah (PEMDA) kurang memperhatikan rencana kota di dalam proses perumusan kebijakan, dan khususnya lagi, anggaran. Selain itu, perencanaan dianggap hanya sebagai bagian dari manajemen pemerintahan kota (urban local management)


Apa Itu Manajemen Perkotaan?
Manajemen kota by definition dianggap sebagai konsep yang elusive -> tidak secara mudah mendefinisikan tetapi, secara nyata ada kebutuhan pemerintah daerah untuk berfikiran ‘manajerial’ di dalam mengelola pembangunan kota. Dengan pola pikir perencanaan adalah bagian dari manajemen, maka manajemen kota merupakan payung bagi semua perangkat pembangunan kota


Manajemen Kota: Beberapa Pengertian
Beberapa pengertian yang bisa diangkat dalam menjelaskan term manajemen kota adalah, 1) Titik temu antara birokrasi yang mengucurkan sumberdaya dan masyarakat yang memerlukan sumberdaya tersebut, khususnya prasarana dan pelayanan, 2) berkaitan dengan institusi dan orang-orang yang diberdayakan untuk mengalokasikan sumberdaya dan fasilitas, 3) seperangkat kegiatan yang secara bersama-sama membentuk dan mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi dan sosial pada kawasan perkotaan

Parameter Manajemen Perkotaan
1. Berkaitan dengan masalah pemerintahan (Government Concern), khususnya dalam kaitan dengan pengucuran (dispensing) sumberdaya
2. Dimensi kelembagaan; bagaimana kelembagaan yang ada dapat menangani permasalahan kota yang kompleks
3. Integrasi vertikal; bagaimana mengkaitkan aspek strategis dengan aspek implementasi pembangunan; menjembatani aspek kebijakan makro dengan program dan proyek sektoral maupun inter-sektoral


Urban Management Sebagai Proses
Sebagai sebuah proses, Urban Management Seharusnya
• Merangkul semua pemain dalam proses pembangunan kota; tidak saja mengucurkan sumberdaya
• Mendorong berjalannya kekuatan penunjang pembangunan kota; bukan sekadar mengatur secara artifisial melalui rencana kota
• Secara horisontal terintegrasi -> untuk mengatasi ‘rabun dekat’ egoisme sektoral
• secara vertikal terintegrasi -> untuk mengatasi kendala rencana kota yang terlepas dari proses penganggaran dan implementasi
• Mampu untuk berlaku responsif terhadap adanya kesempatan

Elemen kunci kelembagaan
1. Integrasi penyediaan prasarana dan sarana perkotaan
• Perumahan (shelter) dan aspek yang terkait: lahan, kepemilikan, sistem transfer
• Prasarana dan sarana: jaringan jalan, sanitasi lingkungan, utilitas, telekomunikasi, fasilitas sosial
2. Integrasi kelembagaan
• Horisontal -> berkaitan dengan kelembagaan internal di dalam pemerintahan daerah (municipal government)
• Vertikal -> berkaitan dengan mengajak kolaborasi – kerjasama dengan pemain lain (masyarakat, kelompok profesi, pihak swasta, lembaga donor, pemerintah atasan)



URBAN MANAGEMENT: PARTICIPATORY URBAN GOVERNANCE






Hubungan Antar Aktor dalam Urban Management
Konsep Pembangunan
________________________________________

Pengertian Pembangunan
Dalam paradigma lama pembangunan didefinisikan sebagai pertumbuhan (growth), sedangkan dalam paradigma baru, pembangunan (development) tidak mempunyai definisi yang sama dengan pertumbuhan (growth). Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu tanpa masalah. Selanjutnya terdapat pula definisi pembangunan adalah perubahan (change). Ya, pembangunan (development) dan perubahan (change) memang tidak dapat dipisahkan.

Myrdal (1968) menyatakan bahwa pembangunan merupakan pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Menurut Tjokroamidjojo dan Bintoro (1988) bahwa, pembangunan adalah upaya suatu masyarakat/bangsa dalam wujud perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat/bangsa tersebut. Menurut S.C. Dube (1988) bahwa, pembangunan (development) dan modernisasi (modernization) juga seringkali tidak dapat dipisahkan. Dudley Seers (1973) menyatakan, pembangunan menuju pada tiga sasaran penting yaitu mengurangi kemiskinan (poverty), pengangguran (unemployment), dan ketimpangan (inequality). Sedangkan menurut Patsy Healey (1995) bahwa, pembangunan juga dapat diartikan sebagai wujud campur tangan manusia terhadap alam, untuk kepentingan tertentu.

Ruang Lingkup Pembangunan
Ruang lingkup pembangunan mencakup:
• Dimensi perubahan kesejahteraan sosial ekonomi
Yang biasanya merupakan pertumbuhan ekonomi termasuk di dalamnya produksi nasional, laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih seimbang, ukuran kemiskinan, dan sebagainya
• Dimensi transformasi sosial dari masyarakat tradisional ke arah masyarakat maju (modern), baik dari sisi ilmu dan teknologi, maupun perubahan nilai-nilai sosial
• Pembangunan bangsa
Yaitu pembangunan masyarakat dari primordial ke arah masyarakat yang nasional: termasuk di dalamnya adalah proses integrasi nasional dengan mengembangkan kepribadian, ideologi, wawasan kebangsaan, integrasi, stabilitas dan politik
• Dimensi keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya
Mengingat dunia hanya satu, dengan keterbatasan sumber daya, maka diperlukan pengelolaan eksplorasi sumber daya yang efisien, efektif dan terarah
• Manusia merupakan target utama pembangunan
Pembangunan merupakan transformasi sosial, yang membangun manusia sehingga mampu membangun dirinya dan bersama dalam masyarakatnya, membangun kualitas hidup yang lebih baik.



Gambar 1. Ruang Lingkup Pembangunan

Senin, Agustus 25, 2008

Perencanaan Wilayah Kota

Perencanaan
Wilayah dan Kota
Urgensi, Relevansi,
Perkembangan, dan Ruang Lingkup





Urbanisasi: fenomena global


Semua kota di dunia dan di setiap peradaban tak pernah luput dari fenomena urbanisasi. Seiring berkembangnya kota sebagai pusat aktivitas maka daya tariknya semakin meluas terhadap perpindahan orang, barang dan jasa yang masuk dan keluar wilayah kota atau sekadar berputar dan berkembang di sekitar wilayah kota. Secara singkat, perpindahan dari wilayah desa (hinterland) ke wilayah kota ini jika tidak sedini mungkin diantisipasi oleh pemerintah kota maka dapat dipastikan di masa mendatang wilayah dan lingkungan kota tersebut akan menghadapi permasalahan-permasalahan sosial-ekonomi yang pelik.
Sudah menjadi rahasia umum pada masyarakat bahwa, kebanyakan perencanaan wilayah dan kota yang disusun oleh kita semua tidak berada dalam konteks visi jangka panjang yang kuat, sehingga ketika suatu masalah timbul atas perencanaan yang dilakukan hari kemarin atau hari ini, maka dapat dipastikan semua stakeholder yang ada akan ‘kagetan’ dan saling melempar tanggung jawab. Padahal jika kita mau merencanakan segalanya dalam kerangka jangka panjang wacana-wacana permasalahan kota, seperti salah satunya di atas (urbanisasi) niscaya dapat kita atasi bersama. Sedangkan produk rencana tata ruang jangka panjang yang dibuat seringkali terjadi penyimpangan dalam imlementasinya di lapangan dan evaluasi yang dilakukan hanya sekadar konfirmasi terhadap penyimpangan yang terjadi tanpa ada goodwill yang kuat untuk kembali meluruskan penyimpangan tersebut.
Kembali kepada fenomena urbanisasi, tentunya setiap anak negeri yang punya rasa kepedulian terhadap kemajuan negerinya perlu untuk bertanya pada dirinya sendiri, mengapa fenomena semacam ini dapat terjadi. Di jenjang pendidikan menengah kita semua pasti telah mendengar penjelasan semacam perbedaan tingkat kesejahteraan yang bisa diperoleh dengan tinggal di wilayah kota ketimbang di wilaya perdesaan. Semua alasan dapat digenerasi tapi, jika ditelaah umumnya alasan mayarakat yang menjadi pelaku urbanisasi berpangkal pada masalah ekonomi. Yah, keinginan untuk merubah hidup menjadi lebih baik.
Sudah sejak zaman dahulu kota-kota di nusantara menjadi daya tarik bagi terjadinya urbanisasi disebabkan tersedianya segala macam fasilitas hidup yang tidak bisa didapatkan di wilayah perdesaan. Akan tetapi proses pada akhirnya menimbulkan banyak permasalahan. Misalnya untuk wilayah kota, dengan timbulnya proses urbanisasi tersebut maka pemerintah yang ada perlu untuk memikirkan dan merencanakan penyediaan pusat-pusat permukiman dan perumahan baru serta infrastruktur pendukungnya utamanya bagi para pencari kerja di kota yang berprofesi sebagai tenaga kerja kelas bawah. Hal lain, akibat terbatasnya daya tampung lapangan kerja yang disediakan di kota maka banyak dari pencari kerja yang akhirnya tidak memiliki pekerjaan tetap sesuai yang diharapkan alias menjadi bagian dari pengangguran terbuka di kota. Berikutnya muncullah kegiatan sektor ekonomi informal dan muncul masalah kemiskinan.
Bagi wilayah perdesaan adanya proses urbanisasi tersebut semakin menegaskan kesan wilayah perdesaan (hinterland) sebagai wilayah terbelakang/marginal. Disebabkan wilayah perdesaan menjadi semakin sepi dari aktivitas perekonomian. Berikutnya terjadi penghisapan sumberdaya baik sumberdaya manusia (tenaga kerja) maupun sumberdaya alam (bahan mentah). Dampak lainnya akibat hal ini adalah di wilayah perdesaan terjadi penurunan kualitas lingkungan. Secara umum hubungan keruangan/kewilayahan antara desa-kota terjadi ketimpangan perkembangan dan ketidakseimbangan hubungan.


Diagram 1.
Inti masalah: KONFLIK


Perkembangan Awal Perencanaan


Perkembangan awal perencanaan kota-kota umumnya bersifat spesifik dan pragmatis, misalnya orientasi pada pemecahan masalah sanitasi lingkungan akibat industrialisasi di Inggris. Sedangkan di Indonesia fokus utama pada perencanaan fisik, yaitu rencana tata guna lahan atau RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang merupakan rencana cetak biru atau blue print plan (komprehensif dan jangka panjang). Proses awal ini menempatkan perencana kota (planners) dalam posisi sebagai seorang teknokrat kota.


Perencanaan Kontemporer


Dalam hal perencanaan yang disebutkan di atas, kota memasuki suatu tahapan di mana kompleksitas pemasalahan yang semakin bertambah. Antara lain disebabkan perkembangan taraf hidup dan pendidikan serta perkembangan teknologi (informasi). Tahapan ini juga ditandai dengan semakin berkurangnya peran pemerinta dalam perencanaan disebabkan semakin menguatnya aspek pemberdayaan masyarakat dan otonomi/kemandirian swadaya masyarakat dalam pembangunan. Namun di samping itu, sisi lainnya semakin menonjol yaitu keterkaitan yang kuat (interconnectedness) antara satu hal dengan hal lainnya. Juga munculnya/masuknya “disiplin” lain dalam teori perencanaan.


So apa sih perencanaan itu?

Sesungguhnya jika ada pertanyaan seperti ini maka jawabannya pasti berbeda-beda tiap individu, dikarenakan banyaknya pendapat tentang definisi perencanaan sebelumnya, saat ini dan mungkin yang akan datang. Bahkan untuk siswa sekolah menengah atas yang mendalami ilmu-ilmu pengetahuan sosial pun pasti sudah memiliki dasar tentang apa itu perencanaan dalam konteks perencanaan suatu wilayah kota. Dalam media blog ini saya hanya mengutip beberapa pendapat pakar sebagai berikut:
• Keeble (1956) bahwa, perencanaan merupakan seni dan ilmu menata penggunaan lahan, karakter dan letak bangunan dan jalur komunikasi sehingga memaksimalkan keinginan ekonomi, keindahan dan kesenangan
• Davidoff (1962), bahwa perencanaan merupakan proses menentukan tindakan masa depan yang sesuai dengan melalui seperangkat pilihan
• Faludi (1973), bahwa perencanaan merupakan prinsip-prinsip ilmiah untuk perumusan kebijakan.



Beda Perencanaan Kota dan Wilayah

Berbicara mengenai perbedaan di antara perencanaan kota dan wilayah memiliki penjelasan yang berbeda-beda di antara pakar-pakar, namun dapatlah disebutkan di sini beberapa perbedaannya bahwa antara perencanaan kota dan wilayah memiliki konteks permasalahan yang berbeda, tapi sebenarnya berkaitan. Kedua, perencanaan kota berkembang lebih dahulu ketimbang perencanaan wilayah. Ketiga, pada awalnya keduanya mempunyai fokus yang sama yaitu perencanaan fisik, keempat, kemudian perkembangan keduanya berbeda. Perencanaan kota lebih menekankan fisik dalam konteks sosial-ekonomi-politik, sedangkan perencanaan wilayah lebih menekankan aspek sosio-ekonomi dalam konteks ruang.
KOTA KITA


“…Awalnya Penghuni Kota membangun kota mereka untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi aktivitas-aktivitas mereka…Namun pada akhirnya justru kotalah yang membentuk tingkah laku dan karakter mereka…tanpa mereka sadari…”


Penggalan paragraf di atas menyiratkan bahwa setiap kota yang pada awalnya dibangun dengan salah satu tujuan sebagai wadah bagi berlangsungnya aktivitas penghuninya, lambat laun berdiri dan berkembang sendiri, sehingga nampak sirna kendali manusia di dalamnya atas perkembangan kota itu sendiri. Akhirnya kota tersebut yang justru membentuk perilaku manusia yang hidup kemudian di dalamnya.
Tak perlu jauh kita melakukan studi banding ke luar negeri, karena di sini, di depan halaman rumah kita sendiri, di tanah air kita sendiri, terlihat jelas bagaimana kota-kota yang kita bangun pada akhirnya yang mengendalikan arah karakter manusia yang hidup di dalamnya.
Karakter-karakter keras, individualis, vandalisme, anarki menjadi buah yang unggul dari proses tumbuh dan berkembangnya kota-kota kita. Jika hal-hal tersebut masih disangkal, mari kita tengok salah satu contoh dengan tingginya angka kriminalitas pada perkotaan di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, Yogya, Medan, Makassar, dan mungkin di kota kita masing-masing.
Awalnya kita hanya menginginkan wadah yang sesuai bagi berlangsungnya aktivitas yang kita kerjakan masing-masing. Namun ketika sistem aktivitas manusia berkembang menjadi sedemikian rumit, desain sistem infrastruktur dan pergerakan di dalamnya menjadi usang, tak teratur dan tak mampu menampung aktivitas-aktivitas penghuninya lagi. Misalnya sistem transportasi kota yang rancangan kapasitas awalnya mampu memenuhi jumlah kendaraan di kota bersangkutan menjadi overload alias benar-benar kelebihan muatan.
Kota tak bisa dipandang hanya sebagai sederetan gedung-gedung dan penampakan fisik lainnya semata. Namun harus pula dipandang sebagai sebuah organisme yang bisa berkembang sendiri. Kenapa begitu, sebab manusialah atau penghuni kota tersebutlah yang menjadi elemen penting dalam perjalanan perkembangan kehidupan kota. Banyak pakar dapat menyebutkan bahwa sektor transportasi, perumahan, atau lainnya sebagai elemen penting, namun itu semua tanpa manusia yang menjalankannya tak akan berjalan. Semboyan dalam masyarakat kita sendiri “…itu semua kembali ke diri masing-masing...” nampaknya lebih terasa gaungnya.
Iya, sekadar contoh, orang dapat menyalahkan pemerintah karena seringnya terjadi banjir di kotanya, pemerintahpun dapat mempersalahkan warganya karena membangun di tempat-tempat resapan air atau di sebarang tempat yang dapat mengganggu resapan air. Namun jika kita boleh jujur pada diri masing-masing, sesungguhnya semua itu berpulang pada kehendak kita sendiri bagaimana kita hendak berbuat dengan apa yang kita miliki, entah tanah, air, hutan, sungai dan sebagainya.