Ads 468x60px

Senin, Agustus 25, 2008

KOTA KITA


“…Awalnya Penghuni Kota membangun kota mereka untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi aktivitas-aktivitas mereka…Namun pada akhirnya justru kotalah yang membentuk tingkah laku dan karakter mereka…tanpa mereka sadari…”


Penggalan paragraf di atas menyiratkan bahwa setiap kota yang pada awalnya dibangun dengan salah satu tujuan sebagai wadah bagi berlangsungnya aktivitas penghuninya, lambat laun berdiri dan berkembang sendiri, sehingga nampak sirna kendali manusia di dalamnya atas perkembangan kota itu sendiri. Akhirnya kota tersebut yang justru membentuk perilaku manusia yang hidup kemudian di dalamnya.
Tak perlu jauh kita melakukan studi banding ke luar negeri, karena di sini, di depan halaman rumah kita sendiri, di tanah air kita sendiri, terlihat jelas bagaimana kota-kota yang kita bangun pada akhirnya yang mengendalikan arah karakter manusia yang hidup di dalamnya.
Karakter-karakter keras, individualis, vandalisme, anarki menjadi buah yang unggul dari proses tumbuh dan berkembangnya kota-kota kita. Jika hal-hal tersebut masih disangkal, mari kita tengok salah satu contoh dengan tingginya angka kriminalitas pada perkotaan di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, Yogya, Medan, Makassar, dan mungkin di kota kita masing-masing.
Awalnya kita hanya menginginkan wadah yang sesuai bagi berlangsungnya aktivitas yang kita kerjakan masing-masing. Namun ketika sistem aktivitas manusia berkembang menjadi sedemikian rumit, desain sistem infrastruktur dan pergerakan di dalamnya menjadi usang, tak teratur dan tak mampu menampung aktivitas-aktivitas penghuninya lagi. Misalnya sistem transportasi kota yang rancangan kapasitas awalnya mampu memenuhi jumlah kendaraan di kota bersangkutan menjadi overload alias benar-benar kelebihan muatan.
Kota tak bisa dipandang hanya sebagai sederetan gedung-gedung dan penampakan fisik lainnya semata. Namun harus pula dipandang sebagai sebuah organisme yang bisa berkembang sendiri. Kenapa begitu, sebab manusialah atau penghuni kota tersebutlah yang menjadi elemen penting dalam perjalanan perkembangan kehidupan kota. Banyak pakar dapat menyebutkan bahwa sektor transportasi, perumahan, atau lainnya sebagai elemen penting, namun itu semua tanpa manusia yang menjalankannya tak akan berjalan. Semboyan dalam masyarakat kita sendiri “…itu semua kembali ke diri masing-masing...” nampaknya lebih terasa gaungnya.
Iya, sekadar contoh, orang dapat menyalahkan pemerintah karena seringnya terjadi banjir di kotanya, pemerintahpun dapat mempersalahkan warganya karena membangun di tempat-tempat resapan air atau di sebarang tempat yang dapat mengganggu resapan air. Namun jika kita boleh jujur pada diri masing-masing, sesungguhnya semua itu berpulang pada kehendak kita sendiri bagaimana kita hendak berbuat dengan apa yang kita miliki, entah tanah, air, hutan, sungai dan sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar